GambarSaya sering ditanya oleh murid saya ketika sedang mengajar matematika,

“Pak, itu untuk apa Pak dalam kehidupan sehari-hari?”

Pertanyaan itu muncul kadang tiba-tiba saking sudah nggak nyambung-nyambung (yang ngajar gak bisa kali ya ?) dalam menerima pelajaran saya, saya pun agak bingung dengan jawaban yang harus saya jawab, dan sering pula saya kaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang buanyak menggunakan matematika.

Contoh: orang jualan di pasar dalam menghitung uang sering menggunakan “matematika” bukan hanya berhitungnya tetapi prosesnya misal:

  • 56 x Rp9.900 = berapa?
  • orang akan menghitung 56 x 99 aja nanti hasilnya tinggal tambah 00
  • untuk menghitung 56 x 99 juga, dengan “56 kali 100 kurang 1” atau 56 x (100-1) = 5600 – 56 = 5544
  • sehingga hasilnya adalah Rp554.400,-

Nah proses di atas dilakukan dengan mencongak tanpa alat, dan itu banyak menggunakan “matematika” ada distributif, ada asosiatif.

Itu contoh yang sederhana, yang sudah tingkat tinggi misal ketika terjadi letusan Eksplosif Gunung Kelud para pakar bilang “Luncuran awan panas hingga 2500m, kemudian material vulkanik yang dikeluarkan 100 juta kubik”, pertanyaannya gimana pakar itu menghitung tinggi luncuran, dan volume yang dikeluarkan, itu pake matematika dalam hal ini statistika saya bilang, tapi sudah tingkat tinggi

Jadi matematika itu bukan hanya berhitung tetapi berkaitan dengan hubungan dan pola, sering saya bilang matematika bukan berhitung tetapi berlogika. Jadi matematika mengajari kita untuk berlogika dan bagaimana memecahkan suatu masalah.

Ada cerita menarik, di Jerman sekitar tahun 1700an. Ada seorang bocah SD berumur 7 tahun dihukum oleh gurunya karena bandel. Bocah tersebut disuruh menjumlahkan semua bilangan dari 1 sampai 100. Dengan kata lain disuruh menghitung

1 + 2 + 3 + 4 + 5 + … + 100

Gurunya berpikir dia akan butuh waktu lama untuk menghitung, tanpa disangka-sangka bocah tersebut mampu menjawab dengan cepat dan tentu saja tepat. Ayo coba kira-kira gimana?

Pertama-tama dia menghitung 1+100 = 101, selanjutnya 2 + 99 = 101, berikutnya 3 + 98 = 101. Dari sini dia melihat keteraturan, yaitu

1 + 100 = 101

2 + 99 = 101

3 + 98 = 101

:

:

50 + 51 = 101

Dia mendapatkan 50 pasang bilangan yang setiap pasangnya berjumlah 101 maka hasilnya adalah 101 × 50= 5050. Dia adalah Carl Friedrich Gauss (1777-1855), salah seorang Matematikawan terbesar  sepanjang sejarah yang memberikan banyak kontribusi pada Matematika.

Cerita diatas memperlihatkan bagaimana Gauss mengubah soal 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + … + 100 menjadi 101 × 50. Tentu saja menghitung 101 × 50 lebih mudah daripada menghitung 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + … + 100. Inilah manfaat dari belajar matematika, menyederhanakan masalah. Matematika memberikan cara bagaimana mengubah masalah rumit mejadi lebih sederhana sehingga lebih mudah dicari soluisnya. Selain cara menyederhanakan masalah, matematika memberikan cara bagaimana menghadapi masalah yang bahkan belum ada sekalipun.

sumber:

Blog satria

Buku “Mengajar Matematika” oleh Max A. Sobel dan Evan M. Maletsky (terjemahan)